Segala Sesuatu Pasti Akan Berakhit Indah
“Jeeee...ayo bangun udah jam setengah 6, nanti kamu terlambat,” teriakan mama yang selalu aku dengar setiap pagi untuk membangunkanku. Jujur saja aku tidak tahu mengapa hanya suara mama yang dapat membangunkanku.
“Iya maaa..aku udah bangun,” sahutku untuk memberi tanda kepada mama bahwa aku sudah bangun.
Pagi itu udara sangat sejuk dan mentari masih malu malu untuk bersinar, karena baru sekitar pukul 06.10 WIB. Seperti biasa ketika aku sampai di sekolah, aku langsung disapa oleh sahabatku, dia adalah Zero Gavrilo panggil saja Jeje. Dia memiliki wajah yang tampan, seorang pemain basket yang pastinya memiliki tubuh tinggi dan memiliki paras yang menawan.
Ya, kami bersahabat sejak kelas 10, karena kebetulan kami selalu satu kelas sampai kelas 12 ini. “Eh Jeehan, liat pr donggg,” rayunya ketika aku baru saja masuk ke kelas. “Ya ampun Jeee baru juga gue dateng,” sahutku sambil berjalan menuju mejaku, “yeee.. lama sih lo datengnya,” jawabnya dengan muka yang melas meminta contekan pr. “Males sih lo jadinya nyontek terus,” balasku sambil memberinya buku pr. Setelah itu jam pelajaran pertama pun dimulai.
Kringg...kringg...kringg..... bel pulang sekolah pun berbunyi, seperti biasanya saat pulang sekolah aku selalu menunggu jeje dikantin, karena kami akan pulang bersama. Tapi pada hari ini tumben sekali jeje sangat lama, dan aku mencoba mengirim pesan kepadanya.
Sender : Jehan
To : Jeje
Jehan Claudya
- “Lo dimana je? Gue udah dikantin nih dari tadi”*15.55
- “Woi”*15.55
- “Woi”*15.55
- “Woi”*15.55
Pesanku pun tidak dibalas, bahkan di baca saja tidak, sebenarnya kami pulang sekolah pukul 15.00 WIB, dan aku sudah menunggu Jeje sejak bel pulang sekolah di kantin. Karena aku sudah menuggu cukup lama dan tidak ada kabar sedikitpun, akhirnya aku memutuskan untuk pulang sendiri dengan GRABBIKE.
Saat tiba dirumah aku merasa kecewa dan juga heran karena ini pertama kalinya, selama kami bersahabat Jeje tidak ada kabar dan hilang begitu saja. Dan aku juga khawatir terhadap Jeje takut akan terjadi sesuatu padanya.
Tiba-tiba ketika aku sedang menyiapkan buku, aku mendapat pesan dari Jeje ;
Zero Gavrilo
- “Eh sorry Je, tadi gue ada urusan yang cukup URGENT”*19.09
- “Gue lupa kasih elo kabar, dan nyuruh elo pulang sendiri aja”*19.09
Jehan Claudia
- “Iya gapapa, walaupun tadi gue bete nungguinnya”*19.11
- “bayangin aja coba, gue nunggu selama 55 menit, terus gaada kabar dan akhirnya gue balik sendiri, udah mana pas gue mau pulang sekolah sepi lagi -_-“*19.12
Zero Gavrilo
- “Iya yaudah sorry ya”*19.12
Jehan Claudia
- “Emang tadi lo kemana?”*19.12
(isi chatku dengan Jeje)
Saat kami sedang chat-an tiba-tiba Jeje menghilang dan tidak membalas pesanku lagi. Padahal aku sangat ingin tahu kemana Jeje pergi dan ada urusan apa. Oh iya besok adalah hari ulang tahunku, mungkin saja Jeje sedang menyiapkan sesuatu untukku (pikirku dengan penuh harapan)
Sebenarnya aku memiliki perasaan yang tidak lazim kepada sahabatku ini, awalnya aku hanya berniat untuk menjalin persahabatan saja dengannya, tetapi akhir-akhir ini aku merasa seperti memiliki feel4 yang lebih kepada Jeje. Ya, memang aku sudah berusaha untuk menghilangkan perasaanku ini, tetapi nyatanya memang sangat sulit untuk menghilangkannya. Benar juga ya kata orang-orang yang mengatakan bahwa impossible jika seseorang seusiaku bersahabat dengan lawan jenis dan tidak memiliki perasaan lebih sedikitpun.
Keesokan harinya di sekolah, pada saat jam istirahat aku ingin mengajak Jeje ke kantin “Jee.. ke kantin yuk,” ucapku, tapi entah mengapa Jeje tidak nengok ataupun membalas ucapanku, sepertinya dia tidak mendengar karena dia langsung keluar kelas begitu saja (kataku dalam hati)
Kemudian aku memutuskan untuk pergi ke kantin sendiri dan ketika aku berjalan menuju kantin, aku lihat Jeje berada di kelas sebelah dan sedang mengobrol dengan Bella teman semasa smp nya.
Saat melihat mereka, aku langsung berusaha mengecilkan langkah kakiku dan mencoba mendengar percakapan mereka, sayangnya aku tidak dapat mendengar sepenuhnya percakapan mereka tapi aku mendengar bahwa mereka akan bertemu setelah pulang sekolah nanti di parkiran. Kebetulan tempat duduk Bella ga jauh dari jendela sehingga aku dapat mendengarnya sedikit.
Bel pulang sekolah pun berbunyi, aku mendapat pesan dari Jeje dia mengatakan bahwa hari ini kami tidak bisa pulang bersama lagi. Aku hanya membacanya karena aku tau mengapa ia mengirimku pesan seperti itu, aku baru inget kalau hari ulang tahunku dan hari ulang tahun Bella sama, yaitu hari ini. Entah mengapa aku mempunyai perasaan yang tidak enak, lalu aku langsung bergegas ke parkiran.
Setelah sampai di parkiran, aku segera bersembunyi di balik pohon yang berada dekat dengan mereka. Tidak disangka disitu Jeje memberi hadiah dan se-bucket bunga mawar dengan hiasan berwarna pink kepada Bella. Bukan hanya itu, Jeje juga merendahkan tubuh dan menekuk satu lututnya di hadapan Bella sambil berkata “ will you be my girl? ”. Bella mengangguk sambil tersenyum, yang berarti jawabannya adalah iya, ya bagiku tidak mungkin juga seseorang akan menolak Zero.
Dan benar perasaan tidak enakku terbukti, hanya patah hati dan kecewa yang bisa kurasakan saat itu di hari ulang tahunku. Aku tidak menyangka Jeje sejahat itu kepadaku, bukan karena cintaku bertepuk sebelah tangan tetapi karena Jeje lebih memilih membeli hadiah dan bunga untuk Bella dari pada pulang bersama denganku atau setidaknya membalas pesanku. “Ini yang namanya sesuatu yang URGENT?” tanyaku dalam hati, tidak disangka aku mengeluarkan air mata selama menyaksikan mereka.
Aku segera menuju kearah mereka dengan air mata yang sedang berlinang di wajahku. “Oh jadi gini je?, lo ngasih hadiah ke dia dan lo bahkan ga inget kalo hari ini juga hari ulang tahun gue, sahabat lo selama tiga tahun ini,” ucapku dengan nada tinggi. Bella hanya terdiam dan mendengarkan ucapanku.
“Bukan git...gitu Jehan,” balas Jeje sambil berusaha menjelaskan, “udahlah Je gue ga nyangka ya sama lo ternyata si Bella ini lebih penting daripada gue, ya emang gue tau dia temen smp lo tapi yang selama ini susah seneng bareng lo siapa? Hah?,” ucapku. “Ini ada apa sih?” tanya Bella dengan ketidak tahuannya.
Setelah itu, aku berlari pergi meninggalkan mereka dan mencari taksi untuk pulang. Benar-benar tidak di sangka persahabatan aku dan Jeje hanya berakhir begitu saja, bahkan aku belum sempat memberi tahunya tentang perasaanku ini (ucapku dalam hati). Dan aku memutuskan untuk mengubur dalam-dalam perasaanku kepada Jeje.
Tiga hari kemudian, ya memang suasana sudah berbeda dengan biasanya, aku hanya diam dan tidak menegur Jeje sepatah katapun selama tiga hari ini. Saat istirahat tiba-tiba Jeje mendatangi mejaku dan berkata “nanti pas pulang sekolah,” ucapnya yang belum selesai “apa? Balik bareng lagi? gausah, gue bisa pulang sendiri kayak biasa,” kataku dengan nada jutek. “Bukan, apaan sih dengerin dulu kalo gue lagi ngomong. Nanti pulang sekolah ke kantin ya ada yang mau gue omongin,” pintanya dan langsung pergi meninggalkan mejaku. Aku hanya terdiam dan bertanya-tanya untuk apa.
Saat pulang sekolah setelah piket, aku menuju ke kantin. Ketika sampai di pintu kantin aku melihat Jeje yang sedang menungguku di salah satu meja, dan aku segera menuju kesana.
“Eh Jehan, sini-sini duduk,” pintanya. “Apaan lagi sih udah jelas kemaren, artinya lo udah mau ngakhirin persahabatan kita. Kan lo yang bilang sendiri kalo lo udah enggak ngeboncengin gue pulang lagi artinya lo udah males sama gue,” balasku dengan nada kesal.
“Tapi kan gue bilang kalo itu gamungkin terjadi, dan waktu itu kebetulan gue ada urusan yang penting,” ucapnya “oh beliin hadiah buat pacar lo itu penting banget ya?,”kataku dengan sewot.
“gue itu bukan cuma beliin Bella hadiah, gue juga beli ini nih yang susah banget di carinya karena tokonya tutup mulu setiap gue pengen beli, nah kebetulan waktu itu gue udah pesen supaya tutupnya agak lambat dikit,” ucapnya sambil mengeluarkan jam tangan yang sangat kuinginkan karena bentuknya yang unik. “Happy birthday ya Jehanku, maaf kalo gue ngucapin dan ngasih kadonya telat, karena selama tiga hari ini gue mikirin gimana caranya ngelakuin ini semua,” tambah Zero yang membuatku terharu, “aahhh Jeje, sebel deh sama lo,” ucapku sambil mengerucutkan bibir dengan mata agak berkaca-kaca7 karena terlalu senang.
“Udah gausah nangis, makanya jadi orang dengerin dulu orang yang lagi ngomong sampe selesai, jangan maen lo potong-potong aja omongannya,” katanya sambil mengelus-elus rambutku. “Eh jangan pegang-pegang rambut gue, tar pacar lo marah” pintaku dengan tegas
“gue udah putus kali kemaren sama Bella,” ucapnya dengan nada males “lah kenapa? bukannya waktu lu nembak dia kayaknya sweet8 banget ya?,” tanyaku dengan penuh penasaran.
“Ya ngapain gue pacaran sama orang yang gak gue sayang, kasian dianya cuma buat pelampiasan doang daripada dia sakit hati terlalu dalam, mending gue udahin yakan?” ucapnya.
“wiiii, emang lu sayangnya sama siapa nih, sampe putusin orang yang baru lo pacarin selama tiga hari?” balasku dengan rasa kepo9. “Gue itu sayangnya sama lo Jehannn,” ucapnya yang membuatku cukup kaget “kalo lo gimana nih, lagi sayang sama siapa?,” tambahnya sehingga mebuatku jadi bingung untuk menjawabnya, haruskah aku jujur atau tidak, sepertinya sebaiknya jujur.
“Ha?... lo sayang? sama gue? serius lo? Jujur aja ya Je sebenernya gue itu akhir-akhir ini punya perasaan yang lebih ke elo, yang pasti rasa itu lebih dari seorang sahabat, gue diem aja karena gue pikir belom ada waktu yang tepat buat ngungkapin, dan jujur aja waktu lo nembak Bella depan muka gue itu tuh rasanya sakittttt... banget,” kataku dengan penuh kejujuran.
“Nih gue juga mau jujur ya, sebenarnya gue udah suka sama lo itu semenjak kita kelas 11, gue udah coba berbagai cara buat berhenti suka sama lo, sampe-sampe rasa suka itu berubah jadi sayang. Trus pas kemaren yang gue nembak Bella itu cuma buat pelampiasan biar gue berhenti sayang sama lo, tapi ternyata sama aja. Justru yang ada selama gue pacaran sama Bella gue kepikirannya sama lo dan gue rasa itu cuman bikin Bella sakit hati, so buat apa gue nyakitin orang mending gue udahin, kan?” kejujurannya yang sangat membuatku speechless.
“Eh gaberasa ya ternyata udah jam 4, pulang yuk,” ucapku mencoba mencairkan suasana “ayo ayo kita pulanggg,” balasnya dengan sangat semangat.
Setelah itu, aku memiliki hubungan yang spesial dengan Zero dan hubungan kami berjalan dengan sangat baik. Bahkan ketika kami memutuskan untuk menyudahkan hubungan spesial kami, kami masih tetap menjalin persahabatan yang baik.
Comments
Post a Comment